Buser24.com, Pekanbaru – Bupati Irwan Nasir berbagi pengalaman Kabupaten Kepulauan Meranti mengelola tanaman sagu dalam kaitannya mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) kepada ratusan peserta yang mengikuti diskusi panel mengenai Mitigasi Vegetatif. Diskusi tersebut digelar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) secara daring, Senin (12/10).
Bupati Irwan sendiri merupakan satu dari empat narasumber yang diundang BNPB. Narasumber lainnya adalah Bupati Batubara Sumatera Utara, Bupati Buleleng Bali dan Bupati Gorontalo Utara.
“Meranti pernah mengalami karhutla terparah pada tahun 2014 dengan perkiraan kerugian sekitar satu triliun rupiah,” ungkap Bupati Irwan.
Musibah tersebut kenang Irwan menjadi perhatian nasional. Bahkan Presiden Jokowi pun sempat turun ke Meranti.
Namun pada akhirnya, berkat kearifan lokal masyarakat dalam mengelola kebun sagu, solusi mengantisipasi karhutla di lahan gambut pun ditemukan. Kearifan lokal tersebut berupa pengelolaan debit air di lahan gambut dengan metode sekat kanal.
“Sekat kanal sudah lama dibuat masyarakat yang pengelolaan kebun sagunya cukup baik. Dengan sekat kanal, debit air dijaga sehingga lahan gambut yang ditanami sagu tetap basah. Tanaman sagu sangat membutuhkan air untuk tumbuh dengan baik,” jelasnya.
Terlebih, kata Irwan, kubah tanah gambut cukup dalam. Bila terbakar, akan menyimpan api yang tidak tampak di permukaan. Namun jika debit airnya terjaga dan lapisan bawah gambut tetap basah, maka api tidak bisa membakar lapisan kubah tersebut.
Hal itu berbeda jika ditanami dengan sawit yang lebih banyak membutuhkan air sehingga rawan gersang. Untuk itulah Pemkab Meranti menolak budidaya sawit di tanah gambut.
“Kami telah melarang budidaya sawit di Meranti. Kami hanya mendorong masyarakat menanam sagu,” tukasnya.
Dengan kebijakan ini, Irwan mengaku telah mendorong sagu menjadi komodoti andalan daerah. Upaya itu sangat berat mengingat sagu nyaris ditinggalkam bahkan dianggap makanan kelas bawah.
“Kita sampai harus membuat festival pangan khusus sagu di Senayan. Meluncurkan sekitar 360 pangan dari sagu sehingga mendapatkan rekor MURI dan mendorong kerjasama dengan daerah-daerah penghasil sagu. Kita juga meminta Bulog ikut andil membeli sagu agar pangsa pasar sagu semakin luas,” paparnya.
Dengan upaya-upaya tersebut, pasar sagu Meranti tetap terbuka, selain ada yang diekspor. Bahkan Irwan menghitung transaksi sagu per tahun mencapai dua triliun lebih dan itu jauh diatas APBD Kepulauan Meranti yang hanya sekitar satu setengah triliun per tahun.
“Sekarang ini kita mengembang sapuring atau sagu parut kering yang dapat digunakan untuk pakan ternak ayam dan bebek bahkan sapi,” ungkapnya optimistis.
Pengelolaan sagu di Meranti yang dipaparkan Irwan banyak mendapat tanggapan peserta. Diantaranya, apakah apakah pohon sagu bisa menjadi penahan gelombang, tsunami dan apakah sagu bisa menjadi sekat bakar. (zamri)