Buser24.com | Langsa.
Terkesan diskriminatif terhadap eks karyawan PTPNI dan terkesan tidak menghargai kearifan lokal, kantor Direksi Manajemen PTPN IV Regional 6 yang kini beroperasi di Aceh menuai aksi protes dan akan didemo oleh sejumlah pihak dari berbagai kalangan.”melalui LSM Gadjah Puteh
Dengan suratnya yang bernomor 0039/PA/Dpp/LSM-GP/XII/2024 yang ditujukan ke Polres Langsa pada tanggal 23/12/2024 perihal Pemberitahuan Aksi, dan akan dilaksanakan pada hari Senin (30/12/2024), mulai pukul 09.00 wib sampai dengan Menang. Ditandatangani oleh Said Zahirsyah (Direktur Eksekutif Gadjah Puteh) selaku penanggungjawab aksi dan Wahyu Ramadana sebagai Koordinator Aksi.
Kepada wartawan Direktur Eksekutif Gadjah Puteh, Sayed Zahirsyah Al Mahdaly, menyampaikan bahwa keberadaan PTPN4 Regional 6 tidak memberikan manfaat bagi daerah dan bahkan berlaku diskriminatif pada eks karyawan PTPN I. Dalam aksi tersebut pihaknya akan menghadirkan massa dalam jumlah besar dan gabungan beberapa elemen sipil yang ada di Aceh, juga keterwakilan dari para karyawan eks PTPN I Aceh.
“Informasi yang kami himpun, bahwa Eks karyawan PTPN I mendapat perlakuan berbeda dibanding karyawan PTPN 4 yang saat ini bertugas di Aceh. Juga perbedaan gaji yang hampir 50% lebih kecil daripada karyawan yang masuk ke Aceh, dan juga peluang karir serta jabatan yang terhambat,” terang Sayed.
Ditambahkannya, belum lagi persoalan kesempatan dan peluang kerja bagi putra daerah yang dinilai semakin kecil peluangnya untuk dapat diterima di perusahaan kebun pelat merah ini. “Ini merupakan persoalan kearifan lokal yang tidak boleh diabaikan, agar putra daerah harus mendapatkan kesempatan bekerja dan berkarir di perusahaan yang beroperasi di Aceh dan merengguk keuntungan dari sumber alam Aceh, tegas Sayed yang akrab disapa Waled Gadjah Puteh ini.
“Jangan sampai anak-anak Aceh dan lulusan Sarjana di Aceh hanya boleh diterima sebagai pendodos sawit, dan karyawan rendahan sementara jabatan tinggi dan empuk terus dinikmati oleh orang luar Aceh, inikan pelecehan namanya dan merendahkan SDM putra daerah,” ujarnya dengan nada geram.
Di sisi lain, hampir semua pekerjaan dan proyek di perkebunan ini dikerjakan oleh vendor-vendor dari luar Aceh yang notabene simata cipit dan itu-itu saja orangnya, sementara perusahaan kecil dan menengah yang sudah lama terdaftar sebagai rekanan di perkebunan ini kebanyakan jadi penonton saja alias gigit jari. Dengan berbagai alasan Pihak menejemen selalu berdalih dan mengatakan tidak punya kewenangan untuk itu karena semua dari pusat alasannya.”
Pada akhirnya, keberadaan perusahaan ini di Aceh hanya memberi manfaat buat orang luar saja dan dijadikan lahan empuk mereka tanpa memperdulikan kondisi lingkungan dan sosial di sekitarnya,. Seperti pepatah Aceh “Buya Krueng teu dong dong, buya tamong meuraseuki.”pungkas Waled .
Reporter : Wira