
Buser24com. MERANTI – Berdasarkan hasil yang dirangkum tim media melalui keterangan dari Jamaludin selaku Ketua DPC GWI Kepulauan Meranti bersama dengan tim Investigasi yang melakukan pantauan ke lapangan setelah mendapatkan informasi mengenai dugaan jual beli lahan Mangrove kepada salah satu perusahaan Hotmix di Kabupaten Kepulauan Meranti tepatnya di Desa Gogok Darussalam.
Kepada Media, Jamaludin mengungkapkan dirinya bersama dengan tim telah melakukan pantauan ke lapangan, hasil pantauan sesuai dengan informasi yang didapati yaitu terlihat 1/2 (setengah) hektar hutan Mangrove telah digarap oleh pihak perusahaan.
“Setelah kami dapat informasi, saya bersama dengan tim turun ke lapangan untuk keseimbangan informasi, sesampainya disana kami melihat kurang lebih 1/2 (setengah) hektar lahan mangrove telah habis di garap yang dimana menurut keterangan bahwa penggarap nya salah satu perusahaan Hotmix di Meranti,” tutur Jamaludin, Rabu (06/03/2024).
Tak hanya itu, Jamaludin juga menyampaikan bahwa dirinya dan tim telah menghubungi Kades Gogok Darussalam untuk meminta keterangan terkait hal tersebut, dikatakan Jamaludin bahwa saat dikonfirmasi, Kades Gogok Darussalam dengan tegas mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak ada kaitan dan bahkan sebelumnya tidak ada pemberitahuan sama sekali dengan pihak desa.
“Kami juga telah menghubungi Kades Gogok Darussalam, beliau mengatakan tidak tau dan bahkan tidak ada pemberitahuan sebelumnya mengenai akan adanya pembangunan perusahaan tersebut di wilayah Desa Gogok Darussalam,” sampai Jamaludin.
Mengenai hal tersebut, Jamaludin berharap kepada pihak yang berwenang dal hal tersebut agar dapat usut tuntas sehingga tidak ada yang dirugikan kedepannya.
“Kita berharap masalah ini dapat segera di usut tuntas dan diselesaikan sehingga kedepannya masyarakat tidak dirugikan, yang dimana hal ini bisa menyebabkan perekonomian terganggu terutama masyarakat yang penghasilannya dari berkebun. Karena pembabatan lahan Mangrove akan menimbulkan masalah penguatan tanah khususnya diwilayah bibir pantai atau yang biasa kita sebut Abrasi tentunya hal tersebut bisa menghabiskan lahan warga yang biasanya diperuntukkan untuk bercocok tanam,” tutup Jamaludin. (Tim).