
Buser24.com Lombok Timur– Puluhan Mahasiswa Lombok Timur yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Lombok Timur melakukan Aksi di kantor KPU Lotim,Jumat (02/02/24).
Dalam aksinya mahasiswa menuding kalau pihak KPU Lotim diduga cawe-cawe dalam penggunaan dalam pemilu tahun 2024 yang sangat besar. Dengan tidak ada transparansi dan keterbukaan dalam penggunaan anggaran tersebut.
” Kami patut menduga kalau KPU Lotim cawe-cawe dalam penggunaan anggaran pemilu yang sangat besar,” teriak koordinator aksi,M.Herwadi dalam orasinya di depan kantor KPU Lotim.
Ia mencontohkan ada anggaran sosialisasi yang begitu sangat besar,akan tapi kami selaku mahasiswa tidak dilibatkan dalam kegiatan sosialisasi oleh pihak KPU Lotim sampai saat ini.
Maka tentunya sebagai mahasiswa kami mempertanyakan kinerja KPU Lotim dalam mensukseskan pemilu di Lotim.Bahkan pihaknya menyangsikan kenetralan KPU Lotim selaku penyelenggara pemilu di Lotim.
” APH harus turun mengusut tuntas kasus dugaan penyalahgunaan dana pemilu tahun 2024 ini yang dilakukan pihak KPU Lotim,” tegasnya.
Massa aksi juga meminta agar pihak KPU Lotim menerima kedatangan kami untuk menyuarakan aspirasi,karena kalau tidak maka kami akan memaksa masuk ke kantor Bawaslu Lotim.
” Mana komisioner KPU Lotim silahkan datang temui kami,” teriak para arator aksi.
Kemudian dari belakang aksi mahasiswa datang salah satu komisioner KPU Lotim,H.Mulyadi ditengah-tengah massa aksi. Dengan langsung menerima massa aksi.
” Kami KPU menjalankan tugas sesuai aturan yang ada,begitu juga sosialisasi tetap dilaksanakan termasuk dengan mahasiswa,” tegas Mulyani seraya mengatakan terhadap anggaran juga kami gunakan sesuai aturan.
Sementara terhadap apa yang menjadi tuntutan mahasiswa tentunya akan disampaikan ke Ketua KPU Lotim nantinya.
” Terima kasih atas masukan mahasiswa terhadap kerja kami untuk kedepannya lebih baik lagi,” ujarnya lagi.
Kemudian setelah diterima massa aksi membacakan pernyataan sikapnya dengan berjanji akan melakukan aksi lebih besar lagi kalau apa yang menjadi tuntutan mahasiswa tidak direspon cepat.
Massa kemudian membubarkan diri dengan tertib mendapatkan pengawalan dari aparat kepolisian.
(Purnomo)