
Buser24.com Lombok Timur- Seluruh anggota keluarga menyambut gembira atas lahirnya anak ke-4 dari Ibu Istikomah warga Dusun Monjet, Desa Surabaya, Kecamatan Sakra Timur, Kabupaten Lombok Timur di RSUD dr. Raden Soedjono Selong dengan berat 3,8 kg.
Namun sayang kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Pasalnya, sang ibu (istikomah-red) mengalami pendarahan usai melahirkan anaknya. Akibatnya, dokter yang menangani persalinannya itu memutuskan untuk mengambil tindakan operasi pengangkatan rahim.
Akan tetapi, operasi yang di lakukan oleh tim dokter yang diketuai oleh dr Dewa itu tidak berhasil dan sangat patal tidak sesuai harapan, dan akhirnya pasien ( Ibu Istikomah ) meninggal dunia setelah Operasi Pengankatan Rahim.
“Dalam hal ini ibaratnya seperti makan buah simalakama, karena kita melakukan tindakan operasi pengangkatan rahim, karena itu tindakan terakhir untuk menghentikan pendarahan, akan tetapi tidak berhasil,” terang dr Bardan mengutip dari Awak Media yang diunggah pada Sabtu (17/2/2024).
“Dan jika tidak mengambil tindakan, ya baru namanya malpraktik, jadi serba salah kita disini,” imbuh dr. Bardan yang juga selaku Wakil Direktur RSUD R Soedjono Selong Bagian Pelayanan.
Dirinya kemudian melemparkan kesalahan kepada pihak Puskesmas Lepak Sakra Timur yang disebutnya tidak pernah memberikan informasi bahwa pasien (Istikomah-red) akan dirujuk ke Rumah Sakit Soedjono Selong.
“Seharusnya pihak Puskesmas secepatnya menginfomasikan kesini, jangan dibiarkan lama di Puskesmas Lepak,” cetusnya.
Dia juga menjelaskan, bahwa pasien juga mengalami Atonia Uteri sehingga menyebabkan pendarahan. Meski sudah diberi obat perangasang agar dapat berkontraksi, namun rupanya cara ini tidak berhasil dan rahim tidak mau mengkerut atau tetap lembek.
“Sehingga ini sudah jalannya,” tukas dr. Bardan memberi penjelasan.
Ironisnya, meski tindakan opersi angkat rahim yang dilakukan oleh tim dokter yang diketuai dr Dewa tidak berhasil, pihak RSUD tetap meminta bayaran mahal hingga Rp. 18.500.000. Jumlah ini tentu sangat membebani keluarga pasien.
“Untung saja ada keluarga pasien datang ke RSUD agar pihak Rumah Sakit tidak boleh seperti itu. Barulah kemudian ada solusi terkait biaya,” tutur salah satu pihak keluarga bernama Safina.
Sambil menahan rasa sedih, Safina yang merupakan keponakan dari Ibu Istikomah menceritakan kondisi pasien yang tidak pernah sadarkan diri pasca operasi, bahkan kondisinya cenderung terus memburuk.
Anggota keluarga lainnya, Amin, turut menyoroti kinerja dokter yang sama dalam melakukan tindakan operasi pengangkatan rahim yang dimana untuk kedua kalinya berakhir dengan kematian, yang juga merupakan anggota keluarganya.
“Kenapa berakhir dengan meninggal dunia setelah operasi, dan apa salah cara? sementara ini perlu pertimbangan karena konsekwensinya patal,” ujar Amin meradang.
Dirinya kemudian meminta Pemda Lotim dan Dirut RSUD dr Soedjono Selong melakukan evaluasi kerja para dokter kandungan seperti dr Dewa dan juga para bidan – bidan di lingkup Puskesmas dan Rumah Sakit RSUD Selong.
“Saya minta kepada Pj Bupati dan Direktur RSUD Soedjono Selong untuk dilakukan evaluasi terhadap kerja para dokter kandungan dan para bidan di PKM Lepak dan RSUD Selong,” tegas Amin kesal.
Sampai saat ini keluarga pasien masih kesal dengan tindakan RSUD, Sehingga keluarga menuntut permintaan maaf institusi Rumah sakit.
“Keluarga sampai saat ini masih kesel, permintaan maaf pun belum disampaikan kepada kami,”keluhannya.
Sementara itu, dr. Bardan maupun dr. Hasbi Santoso selalu direktur RSUD Soedjono Selong saat dikonfirmasi kembali oleh media ini via pesan WhatsApp pada Kamis (22/2/2024) belum ada tanggapan hingga berita ini diturunkan.
Korlip:(PR)