Buser24.com – Bangka Induk. Aspirasi atas nama Nelayan Matras ditanggapi oleh Direktorat Jenderal Penegakkan Hukum Lingkungan Hidup Dan Kehutanan (Dirjend Gakkum) beserta Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI). Bersama ratusan nelayan dari pesisir Tanjung Tuing, Bedulang, Air Hantu, Matras hingga pesisir Sungailiat lainnya berkumpul untuk berdialog secara langsung keluhan para nelayan selama ini berkaitan dengan mata pencariannya dengan hadirnya Kapal Isap Produksi (KIP) yang berlabuh dan adanya operasi dari Kapal tersebut diwilayah tangkapan nelayan tradisional.
Selaku perwakilan nelayan matras Suhardi mengungkapkan dihadapan Komisi IV DPR RI dan Ditjen Gakkum LHK yang juga di dengarkan oleh masyarakat sekitar dialog, bahwa nelayan kami nelayan yang hanya berpendidikan rendah ini hanya tau mencari hidup untuk menafkahi keluarga dengan cara melaut itulah yang kami lakukan dari turun menurun kami. Dengan mencari ikan kepiting dan udang di sekitaran perairan yang tidak begitu jauh dari daratan yang hanya berjarak 7 mil laut dari pesisir.
Suhardi mengungkapkan dengan adanya kehadiran Kapal Isap Produksi (KIP) masuk ke wilayah perairan yang biasanya menjadi tempat kami mencari nafkah oleh kapal PT Timah, yang kini kami menduga adanya kerusakan ekosistem laut, Suhardi yang terus menyampaikan kepada tamu kehormatan ingin menunjukkan secara langsung kondisi di lapangan saat ini dengan mengarah ke kapal (KIP),27/11/202.
Suhardi selaku perwakilan nelayan sagt berharap kepada Bapak Bapak yang hadir disini menanggapi keluhan serta aduan kami para nelayan kecil ini agar nantinya ada tindakan yang dilakukan. A juga menjelaskan bahwa kehidupan nelayan kecil yang hanya menggunakan perahu motor dengan kafasitas mesin kecil saat melaut dilakukan 2(dua) orang tenaga kerja yang nantinya hasil yang didapat akan dibagi dengan pengeluaran operasional, sedangkan waktu kami melaut pergi pagi pulang sore hari tapi saat ini hal tersebut tidak bisa lagi kami dapatkan, kami menduga adanya kapal Isap yang saat ini sudah berjalan 21 hari berada di perairan matras membuat kami nelayan merasa terganggu, kami berusaha untuk tetap diam dan kolusif kami taat hukum pak !! Namun kami disini jika datang menghampiri dibenturkan dengan pihak keamanan dengan mengatakan mengamankan dari pihak keamanan. Suhardi dalam aduannya hanya mengungkapkan dari apa yang sudah terjadi secara fakta di lapangan tidak meminta yang lain.
Terimakasih atas kehadiran Ditjen Gakkum dan Wakil DPR RI dari komisi IV meluangkan waktunya untuk mengunjungi kami melihat secara langsung kami masyarakat kecil ini dan kami meminta sekali lagi kepada bapak Komisi IVDPR RI serta Ditjen Gakkum untuk ketegasannya, menindaklanjuti serta adanya upaya KIP tersebut bergeser dari lokasi zona tangkap nelayan kecil.
Diselah sambutan dan penjelasan Ditjen Gakkum LHK, Rasio Ridho Sani dihadapan nelayan Gakkum LHK segera mungkin mendalami perizinan apakah dilakukan secara benar atau tidak sehingga adanya kerusakan yang terjadi. Ia mengatakan merupakan putra daerah tentunya mengetahui pantai matras yang dulunya pernah bersepeda dari Pangkalpinang ke pantai matras. Ini menjadi perhatian selaku Ditjen Gakkum LHK.
Dikesempatan itu pula wakil Komisi IV DPR RI, Dedy Mulyadi berpernsip semestinya penambangan boleh berjalan tetapi tetapi rakyat tidak boleh hilang dari mata pencariannya kalaupun adanya pelanggaran akibat dari penambangan tersebut maka Ditjen Penegakkan Hukum dan Penindakan (Gakkum) LHK menyelesaikannya hingga selesai.
Komisi IV DPR RI dalam hal ini mendapatkan informasi dari masyarakat nelayan bahwa adanya penambangan rakyatnya tidak dikasih kompensasi apapun, namun hal itu sedikit diluruskan Suhardi perwakilan nelayan bahwa kita nelayan bukan mempermasalahkan kompensasinya namun, kita bicarakan masalah pencarian karena kita sesama nelayan seputaran Bangka Belitung semuanya berteman, namun apa yang sudah dikerjakan kapal KIP konpensasi yang hanya didapatkan per nelayan sebesar 600 ribu setiap bulannya, sementara dari aktifitas yang dilakukan oleh penambangan semuanya hancur.
Perwakilan nelayan meminta bahwa kami tidak berambisi untuk apapun asalkan laut kami untuk mencari hidup tidak terganggu merupakan Alhamdulillah ucap Suhardi dengan nada sedih. ( Fr )