
Buser24.com, Lombok Timur: Pj Bupati Lombok Timur H. Muhammad Juaini Taofik didampingi Kepala DP3AKB, Bappeda, dan Camat Sikur menerima enam orang anggota Parlemen Australia di Balai Desa Loyok pada Rabu 17 Januari 2024 kemaren.
Kunjungan keenam anggota Parlemen Australia tersebut merupakan bagian dari program study tour Australia Regional Leadership Initiative (ARLI) yang bertujuan menyediakan kesempatan bagi para anggota Parlemen Australia mempelajari konteks program-program kerja sama pembangunan.
Pada kesempatan itu, Pj Bupati Juaini memuji Desa Loyok sebagai satu dari 33 desa yang memiliki sekolah perempuan.
Menurutnya, keberadaan sekolah perempuan telah mendorong perempuan setempat mampu memetakan permasalahannya sendiri.
“Jika bisa membantu perempuan menyelesaikan masalahnya maka pemerintahan akan berhasil (mengurai angka pernikahan anak) tetapi jauh lebih berhasil apabila kita berikan kesempatan perempuan itu menyelesaikan masalahnya sendiri,” ucap Juaini.
Dia berharap hal tersebut dapat dijaga konsistensinya dan menjadi contoh bagi desa lainnya.
Juaini juga percaya keberhasilan sebuah desa juga didukung peran aktif para perempuan.
Peran perempuan disadarinya sangat penting, dikarenakan dia mulai menyadari bahwa penyebab kemiskinan dan stunting adalah masih tingginya perkawinan usia anak.
Menyusul Undang-Undang No.16 tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-undang nomer 1 tahun 1974 tentang perkawinan yang membatasi usia perkawinan minimal 19 tahun, Pemerintah Daerah bersama KAPAL Perempuan dan LPSDM menginisiasi lahirnya Perbup no. 41 Tahun 2020 tentang Pencegahan Perkawinan Usia Anak.
Dijelaskannya bahwa saat ini seluruh desa yang ada sudah memiliki peraturan desa terkait pencegahan perkawinan usia anak.
Pujian juga dilontarkan Direktur Institut KAPAL Perempuan Misiyah yang menyebut Loyok memiliki paket lengkap.
Di samping karya seni dan kreativitas, masyarakatnya juga sudah memasarkan produk mereka secara daring hingga ke luar negeri.
Sementara itu sekolah perempuan di Desa Loyok mengembangkan pos pengaduan yang melakukan edukasi sekaligus pendampingan untuk kasus-kasus yang terjadi, seperti pelecehan seksual, kekerasan terhadap perempuan dan anak serta kasus-kasus lainnya.
Sekolah perempuan sudah dijadikan sebagai rujukan yang diintegrasikan dalam desa ramah perempuan dan anak,” katanya.
Perwakilan Parlemen Australia Hon Nola Bethwyn Marino mengawali sambutannya dengan memperkenalkan masing-masing rekannya. Dia mengaku senang dengan sambutan hangat yang diterima di desa ini.
Ia menjelaskan disamping dirinya tergabung dalam Parlemen dia juga mengaku sebagai petani perempuan di negara Australia.
Nola berpesan agar perempuan di daerah ini terus belajar. Menurutnya, meskipun sudah menjadi ibu rumah tangga para perempuan juga harus terus belajar.
“Di negara manapun yang sudah maju, perempuan tetap belajar dan berproses,” pungkasnya.(*/Wn)