
Buser24.com,Pekanbaru – Muhammad Deckaryan Lexa Justicio adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran yang mengikuti program riset kolaborasi bersama AAI Pengda Riau dan SKK MIGAS SUMBAGUT. Program riset ini bertujuan untuk memfasilitasi skripsi mahasiswa atau mahasiswi terpilih dengan proses seleksi yang ketat di seluruh Indonesia. Anak muda kelahiran Kediri, 23 November 1999 ini melakukan risetnya mengenai Identifikasi Potensi Lokal yang ada pada suku Sakai di Kelurahan Pematang Pudu Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.
Riset yang dilakukan ini memerlukan waktu kurang lebih 2 bulan di lapangan dengan menggunakan metode etnografi. Fokus dari riset ini adalah untuk mengetahui proses berkembangnya pengusaha-pengusaha suku Sakai yang notabene merupakan kategori suku yang tertinggal dan terbelakang. Sangat menarik ketika Suku Sakai yang pendidikannya rata-rata masih setingkat SD atau SMP namun bisa memiliki perusahaan-perusahaan berupa CV atau PT yang tergabung dalam organisasi GAPENSUS (Gabungan Pengusaha Suku Sakai). Berdasarkan wawancara mendalam bersama Ketua Gapensus Mashuri, saya menemukan keunikan dan fakta menarik dari suku Sakai ini, dimana meskipun mereka tidak mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi seperti halnya masyarakat yang hidup di perkotaan. Namun, mereka punya inisiatif untuk maju dan berkembang dengan organisasi GAPENSUS.
Organisasi GAPENSUS ini adalah wadah dari perkumpulan pengusaha suku Sakai yang bergerak di bidang kontraktor dan penghijauan untuk mengikuti open tender project di LBD (Local Business Development) oleh PT. Chevron Pacific Indonesia. Saya melakukan diskusi bersama dengan tokoh adat suku Sakai seperti: Datuk Zaenal Arifin sebagai Bathin Betuah, Suhardi ST sebagai Ketua Majelis Sakai Riau, dan Panglimo Sakai yaitu Rhodei Aouhgeh untuk mengetahui bagaimana bisa orang Sakai bisa mendirikan organisasi yang bergerak di bidang usaha ini. GAPENSUS yang diketuai oleh Mashuri Amd ini memiliki jumlah total 23 perusahaan yang sudah menjadi rekanan LBD PT. Chevron Pacific Indonesia. Suku asli Riau ini bisa menjadi percontohan bagi suku-suku yang masih terbelakang di Indonesia untuk maju melalui menjadi pengusaha.
Dengan adanya organisasi GAPENSUS tentu menciptakan lapangan pekerjaan yang baru bagi orang Sakai dan mengurangi pengangguran karena faktor pendidikan orang sakai yang masih sangat rendah. Kedepannya organisasi GAPENSUS ini dapat dikembangkan menuju organisasi pengusaha yang lebih modern dan mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan multi nasional dan bahkan internasional.
Perusahaan yang mulanya terdapat 10 perusahaan orang Sakai di Kelurahan Pematang Pudu pada tahun 2007, kini berkembang menjadi lebih dari 20 perusahaan yang ada di Sakai Bathin Betuah & Sakai Sutan Betuah. Perkembangan jumlah minat pengusaha sakai yang sangat pesat ini juga dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah sistem kekerabatan, pendekatan personal, semangat bekerja, dan kemauan yang tinggi pada diri orang Sakai untuk merubah kualitas hidup. Konsep ini juga tidak lepas dari dukungan perusahaan PT. Chevron Pacific Indonesia yang kini berubah menjadi PT. Pertamina Hulu Rokan untuk mendukung berkembangnya pengusaha lokal melalui project LBD yang ditawarkan untuk orang Sakai melalui kebijakan khusus open tendernya.
Hasil dari riset ini tentu bermanfaat untuk sebuah perusahaan atau pemerintah bagaimana cara membangun citra bisnis dan meningkatkan perekonomian bagi suku 3T yaitu Terluar, Tertinggal, dan Terbelakang di seluruh Indonesia. Rencananya hasil riset Deckaryan Lexa Mahasiswa Unpad ini akan dipublikasikan di salah satu jurnal Internasional yang terindeks SINTA 3. Decka yang merupakan sapaan panggilan akrabnya juga berencana akan menerbitkan buku tentang suku Sakai pada bulan Desember nanti sebagai wujud dari pengabdiannya ke masyarakat dan terealisasinya program riset kolaborasi bersama SKK migas Sumbagut.(Redaksi)
Penulis: Muhammad Deckaryan Lexa Justico Mahasiswa Pakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran